MAKALAH
DASAR-DASAR
SAINS UNTUK ANAK USIA DINI
Diajukan untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Sains Anak Usia Dini
Dosen Pengampu :
HARIA GUNAWAN, S.Pd.
Disusun oleh :
AI
NURUL’AEN 8620713150396
CUCU
ARISTIKA 8620713150399
SITI
QOMARIAH 8620713150405
IRMA
RISMAYA 8620713151668
LENI
YULIANI 8620713151668
NURLAELASARI
8620713150404
ELSA
JUWITA 8620713151048
NURLAELASARI
8620713170463
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PANCA SAKTI
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sains dan anak merupakan hal tidak
dapat dipisahkan sehingga sejak dini perlu dikenalkan pada anak sebagai calon
seorang guru anak usia dini kita harus mengetahui pelajaran sains yang cocok
pada anak. Untuk itu kita harus memperkenalkan tentang sains tersebut.
Seperti apakah itu sains? siapakah
ilmuan itu? Kita anak dan sains, semuanya harus diketahui oleh guru dan anak.
Untuk itu semua pembelajaran
tersebut harus diajarkan pada anak, untuk masa yang akan datang akan berguna.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka didapat rumusan masalah menyenai:
1.
Pengertian
sains
2.
Siapakah
ilmuan itu?
3.
Anak,
kita dan sains.
4.
Pentingnya
pembelajaran sains bagi AUD
C.
Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka didapat batasan masalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui
Pengertian sains
2.
Mengetahui
Siapakah ilmuan itu?
3.
Memahami
Anak, kita dan sains.
4.
Mengetahui
Pentingnya pembelajaran sains bagi AUD
D.
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen
2. Memperlancar proses belajar mengajar
3.
Menambah
pengetahuan tentang sain yang dekat dengan lingkungan anak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
1. Apakah
SAINS itu?
Dari susut bahasa sains berarti
pengetahuan yang berasal dari bahasa Latin. Tetapi pernyataan tersebut terlalu
luas untuk dimengerti untuk itu perlu dimunculkan etimologi lainnya. Secara
konseptual terdapat sejumlah bahasan mengenai arti kata sains sesungguhnya.
a. Amien (1987) mendefinisikan sains
sebagai bidang ilmu alamiah dengan ruang lingkup zat dan energy baik yang
terdapat pada makhluk hidup maupun tak hidup lebih banyak mendiskusikan tentang
alam .
b. James conan (1958) mendefinisikan
sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu
sama lainyang tumbuh sebagai hasil serangkaian percobaan dan pengamatan serta
dapat diamati dan diuji coba lebih baik.
c. Abu hamidi (1991) memberikan
pengertian sains sebagai ilmu teoritis yang didasarkan atas pengamatan
,percobaan percobaan terhadap gejala alam berupa makrokosmos dan mikrokosmos
d. Fisher mengartikan sains itu sebagai
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode metode yang berdasarkan
pada pengamatan dengan penuh penelitian
Dari
uraian diatas dapat ditarik pengertian sains secara substansial bahwa sains
adalah dipandang sebagai suatu proses maupun hasil atau produk serta sebagai
sikap. Gambaran tentang batasan dari sains sebagai proses sebagai prduk dan
sebagai sikap akan dijelaskan sebagai berikut:
Pertama , sains sebagai suatu proses adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan . Kedua sains sebagai suatu produk terdiri dari berbagai fakta , konsep , prinsip hokum dan teori . Ketiga sains sebagai suatu sikap atau dikenal sebagai istilah keilmuan maksudnya adalah berbagai keyakinan opini dan nilai nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.
Pertama , sains sebagai suatu proses adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan . Kedua sains sebagai suatu produk terdiri dari berbagai fakta , konsep , prinsip hokum dan teori . Ketiga sains sebagai suatu sikap atau dikenal sebagai istilah keilmuan maksudnya adalah berbagai keyakinan opini dan nilai nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru.
2. Siapakah
ilmuan itu?
Ilmuan merupakan padanan kata dari
scientist yang diambil dari istilah dalam bahasa inggris.seseorang dapat dikatakan
sebagai saintis dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :
a. Dari cara kerja dalam menyingkap
alam dan menyelesaikan permasalahan seseorang dapat dikatakan sebagai saintis
apabila cara kerja dia dalam mengenal menggali dan mengungkapkan sesuatu yang
terkait dengan alam ini dan segala permasalahannya mengikuti proses alamiah
dengan kata lain menggunakan metode ilmiah.
b. Dari kemampuan menjelaskan hasil dan
cara memperolehnya , kemampuan seseorang dapat dikatakan sebagai ilmuan dilihat
dari bagaimana ia menjelaskan dan bagaimana cara ia mendapatkannya.
c. Dari sikap terhadap alam dan
permasalahan yang dihadapinya . untuk dapat melakukan cara kerja yang sesuai
dengan prosedur dan metode sains serta dapat menghasilkan sesuatu dengan
keinginannya . beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuran melekat atau
tidaknya sikap sikap sebagai saintis diantaranya :
1) Memilki hasrat ingin tau yang tinggi
2) Memiliki sikap yang tidak mudah
putus asa
3) Memilki sikap keterbukaan untuk
dikritik dan diuji
4) Memilki sikap menghargai dan
menerima masukan
5) Sikap jujur
6) Sikap kritis
7) Sikap kreatif
8) Sikap positif terhadap kegagalan
9) Rendah hati
3. Kita,
anak dan sains
Banyak ahli yang telah menyelidiki
bagaimana konsep dan batasan sains ditinjau dari sudut anak , diantaranya
menurut Carson sains adalah segala sesuatu yang menakjubkan sesuatu yang
ditemukan dan dianggap menarik serta member pengetahuan atau merangsangnya
mengetahui dan menyelidikinya.
Berdasarkan pada ilustrasi gambar
diatas dapat dijelaskan bahwa pengembangan bagi anak agar efektif dan optimal
hendaklah melalui cara cara yang dapat menyatukan kita , sains dan anak dalam
satu kegiatan yang sinergis dan harmonis. .
B.
Pentingnya Pembelajaran Sains Bagi
Anak Usia Dini
1. Tujuan
Pembelajaran sains bagi Anak.
a.
Pentingnya tujuan dalam pembelajaran
sains
Suatu tujuan yang dianggap
terstandar dan memiliki karakteristik yang ideal, apabila :
1) tujuan yang dirumuskan memiliki
tingkat ketepatan ( validity), kebermaknaan ( meaningfulness), fungsional dan
relevansi yang tinggi dengan kebutuhan serta karakteristik sasaran.
2) Serangkaian tujuan yang dikembangkan
hendaklah memiliki tingkat keterukuran yang memadai, dapat diamati dan dinilai
secara mudah, sederhana dan praktis.
3) Terkait dengan fenomena-fenomena
realitas sains yang ada dan terjadi selama ini.
Sains
sebagai salah satu alat pengungkapkeberadaan dan rahasia alam raya sangat
penting untuk dikuasai.
b.
Tujuan pengembangan pembelajaran
sains anak usia dini
Leeper ( 1994), dengan menilik pada
hal-hal di atas secara umum menyampaikan bahwa pengembangan pembelajaran sains
pada anak usia dini hendaklah ditujukan untuk merealisasikan empat hal, yaitu :
1) Ditujukan agar anak-anak memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains,
sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai
hal yang dihadapinya.
2) Ditujukan agar anak-anak memiliki
sikap-sikap ilmiah
3) Ditujukan agar anak- anak
mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah ( yang lebih dipercaya dan baik)
4) Ditujukan agar ank-anak menjadi
lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan
dalam lingkungan sekitar
5) Membantu pemahaman anak tentang
konsep sains dan keterkaitannya dalam kehidupan seharihari
6) Membantu melekatkan aspekaspek yang
terkait dengan keterampilan proses sains
7) Membantu menumbuhkan minat pada anak
untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian diluar lingkungannya.
8) Memfasilitasi dan mengembangkan
sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab dan
mandiri dalam kehidupannya.
9) Membnatu anak agar mampu menggunakan
teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehari hari.
10) Membantu anak agar mampu menerapkan
berbagai konsep sains dan menjelaskan berbagaikonsep sains untuk menjelaskan
gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
11) Membantu anak agar dapat mengenal
dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhan YME.
Sejumlah
sikap yang mulai dikembangkan dalam program pembelajaran sains sejak dini
adalah :
1) Jujur.
2) Kritis.
3) Kreatif.
4) Positif terhadap kegagalan.
5) Rendah hati.
6) Tidak mudah putus asa.
7) Terbuka untuk dikritik.
8) Menghargai dan menerima masukan.
9) Berpedoman pada fakta dan data yang
memadai.
10) Hasrat ingin tahu yang tinggi.
2. Nilai
Sains Bagi Pengembangan Kemampuan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Anak
Nilai sains terhadap pengembangan
anak, jika dilihat berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan terutama dari Bloom,
dkk (Ibrahim, 1996) secara hirarkis berada pada level yang lebih tinggi.
Sumbangan pengembangan pembelajaran sains menjadikan anak berada pada suatu
pembentukan karakter yang lebih manusiawi dan dihargai sebagai individu yang
harus berkembang didunianya dan dilingkungannya, maksudnya adalah sifat-sifat
sains yang empiris, obyektif, logis, dan ilmiah akan member nilai yang sangat
berharga bagi anak untuk dapat menjadi pribadi yang memiliki rasional dan dapat
mengendalikan diri secara lebih jujur, terbuka serta berpegang pada realitas
yang ada.
a.
Nilai Sains Bagi Pengembangan
Kemampuan Kognitif Anak
Abtuscato (1982) menilai bahwa
kegiatan sekolah yang sering kali dihabiskan untuk mengasah daya piker dan
menyerap pengetahuan semata-mata itu adalah keliru. Mengacu pada teori
perkembangan kognitif, yang terpenting adalah bukan anak yang menyerap
sebanyak-banyaknya pengetahuan, tetapi adalah bagaimana anak dapat mengingat
dan mengendapkan apa yang di perolehnya, serta bagaimana ia dapat menggunakan
konsep dan prinsip yang di pelajarinya itu dalam lingkup kehidupannya atau
belajarnya. Nilai yang sesungguhnya dari sifat pengembangan kognitif mengacu
pada dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi proses. Jika anak diarapkan
menguasai konsep-konsep terkait dengan sains baik berupa fakta, konsep maupun
teori, fasilitasilah mereka dalam menguasainya melalui kegiatan yang bias
mencakup dimensi isi maupun proses tersebut. Pengembangan kemampuan kognitif
membawa anak menguasai konsep yang sekaligus memahami cara mengaplikasikannya,
sehingga produk dan perkembangan sains lebih bermakna dan fungsional bagi
kehidupan anak.
Dalam dimensi pengembangan
pembelajaran sains pada anak hendaklah cara-cara dan tindakan guru terkontrol
pada pendekatan-pendekatan yang mengarah pada tindakan yang benar.
b.
Nilai sains bagi pengembangan
afektif anak
Setiap anak sejak dini perlu
diberikan dan dilibatkan pada suasana atau situasi yang dapat memberikan
pengalaman afeksi yang membekas. Domain afeksi akan melekat dan menjadi suatu
karakter yang mempribadi atau mengindifidualisasi pada jati diri anak, jika
dalam pengambangannya disesuaikan dengan tuntutan perilaku yang terjadi secara
nyata dalma kehidupan anak.
Dimensi afeksi dapat melekat, dan
disajikan melalui keterlibatan anak dalam perilaku nyata, sehingga nilai afeksi
yang dikembangkan merupakan suatu pola perilaku yang benar-benar diwujudkan
dalam perbuatan. Ketika guru membimbing kegiatan sains, perasaan anak
berkembang tentang yang dipelajarinya, anak belajar dan berkembang dari
lingkungannya, atau dalam bahasa Dorothi Law Nolte anak belajar dari
kehidupannya, sebagaimana yang diuraikannya: jika anak dibesarkan dengan
celaan, ia belajar memaki. Jika anak di besarkan dengan permusuhan, ia belajar
berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika
anak dibesarkan dangan penghinaan ia belajar menyesali diri. Jika anak
dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan
dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia
belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh
kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi
dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan ia belajar
menemukan cinta dalam kehidupannya.
Tugas guru yang terpenting dalam
pembelajaran sains adalah menyediakan lingkungan belajar yang
menyenangkan,bermakna, menyentuh anak sehingga dapat menumbuhkembangkan afeksi
anak secara positif (Abruscato, 1982).
c.
Nilai sains bagi pengembangan
psikomotorik anak
Perkembangan psikomotorik, biasanya
mengarah pada tuntutan anak memiliki kesanggupan untuk menggerakkan anggota
tubuh dan bagian-bagiannya. Dalam manipulasi lingkungan diperlukan koordinasi
antara pikiran (mind) dan kesanggupan tubuh untuk melakukannya (baik dengan
motorik kasar maupun motorik halusnya).
Perkembangan gerak (psikomotorik)
pada anak TK adalah kelanjutan dari perkembangan gerak pada masa bayi.
Aktivitas-aktivitas gerak tersebut dapat dilakukan dengan kombinasi gerakan
dalam format dan struktur peraturan permainan sederhana, kompetitif yang secara
lansung memberikan pengaruh terhadap pengembangan kualitas fisik anak. Misalnya
mengamati pembuatan teh, membuat bangunan dari pasir.
Nilai
sains bagi pengembangan berpikir kritis dan kreativitas, aktualisasi diri dan
kesiapan kehidupan anak, pengembangan nilai religius anak
Pengembangan pembelajaran sains pada anak yang dikembangkan dengan beik atau kondusif akan memberikan nilai belajar yang tinggi, dan kemampuan guru dan sekolah dalam memfasilitasi pengembangan pembelajaran sains pada anak jugu memberikan sumbangan berarti terhadap pengembangan kreatifitas anak, kemampuan berpikir kritis, kemmpuan dalam mengaktualisasi diri dan menyiapkan anak dalam menigis kehidupannya, serta mampu menumbuhkan nilai religius pada mereka (Abruskato, 192).
Pengembangan pembelajaran sains pada anak yang dikembangkan dengan beik atau kondusif akan memberikan nilai belajar yang tinggi, dan kemampuan guru dan sekolah dalam memfasilitasi pengembangan pembelajaran sains pada anak jugu memberikan sumbangan berarti terhadap pengembangan kreatifitas anak, kemampuan berpikir kritis, kemmpuan dalam mengaktualisasi diri dan menyiapkan anak dalam menigis kehidupannya, serta mampu menumbuhkan nilai religius pada mereka (Abruskato, 192).
1) Nilai sains bagi Perkembangan
kertampilan berpikir dan kreatifitas anak
Pengenalan dan pengembangan aspek
sains pada anak akan mengundang dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang amat
tinggi. Pengembangan kreatifitas pada anak usia sekolah atau usia dini
merupakan tujuan terpenting yang mesti di akomodasi kurikulum, karena anak yang
kreatif akan mempu manggaplikasikan kemampuan kognitif, afekfis dan
psikomotornya secara lebih luas melalui berbagai gagasan untuk kemapuan atau
keterampilan, produk benda / sesuatu atau bentuk pertanyaan.
Selama mengikuti kegiatan sains
kreatifitas anak akan diwujudkan secara nyata dalam bentuk menemukan konsep
baru (dari bacaan),misalnya dalam kegiatan mencampurkan warna. Jika warna biru
dicampur dengan warna kuning maka akan menjadi hijau, dsb. Sehingga anak
mnumukan banyak warna-warna baru yang mungkin saja sebelumnya anak belum pernah
melihatnya. Mengkreasi keterampilan baru / ahli (cara memberi makan ikan atau
binatang ), dan lain-lain. Kegiatan sains yang baik untuk mengembangkan kreatifitas
anak adalah harus diwujudkan dengan kegiatan pembelajaran sains yang kreatif
pula, sebab aktifitas kreatif tidak mungkin tanpa penciptaan lingkungan belajar
yang kreatif, serta semua pihak harus mendukungnya, baik guru, kepala sekolah,
orang tua dan seluruh komponen lingkungan belajar sains.
2) Nilai sains bagi pengembangan
kemampuan aktualisasi dan kesiapan anak dalam mengisi kehidupannya
Pengembangan pembelajaran sains pada anak dikemas sedemikian
rupa, maka kematangan pada aspek-aspek pengembangan dalam diri anak akan
semakin baik. Artinya jika akumulasi dari dampak pembelajaran sains itu terus
berkembang, akan berkontribusi positif terhadap peningkatan kemampuan anak
untuk mengatualisasikan sirinya dalam kehidupan yang lebih luas. Pembelajaran
sains yang kondusif akan bermakna dalam penyiapan anak sebagai sumber daya
manusia dan investasi bagi kepentingan kehidupan bangsa dan negara . pengembangan
pembelajaran sains yang kondusif pada anak usia dini merupakan predictor
tersedianya warga Negara yang berkualitas dimasa mendatang, serta pembelajarn
sains baik saat ini merupakan predictor karier dan masa depan anak yang cerah.
3) Nilai sains bagi pengembangan nilai
religius anak
Sumaji ( 1988) mengakui semakin luas dan dalam seseorang
mempelajari sains ia akan merasa semakin kecil sebagai makhluk bila di banding
Tuhan. Nilai lainnya dari sains pemahaman akan sains berkorelasi dengan
pengikatan kesadaran religius seseorang. Like Wilardja (1997) menyatakan,
dengan prose pengambangan pembelajaran sains yang tepat pada anak, maka anak
akan dibiasakan menjadi sosok yang jujur dan tidak mudah berprasangka, menjadi
pribadi yang gigih dan teguh dalam mengghadapi kesulitan, bahkan dapat
menumbuhkan nilai religius, yaitu bersyukur dan memuliakannya.
Dengan mempelajari sains anak akan banyak menemui hal-hal
baru yang menakjubkan. Seperti pembelajaran alam dan jagad raya. Alam dan jagad
raya itu terdiri dari planet-planet, bulan, bintang dsb. Yang semuanya itu
adala ciptaan allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kehidupan
anak tidak dapat lepas dari sains, kreativitas dan aktivitas sosial. Makan,
minum, menggunakan berbagai benda yang ada di rumah seperti radio, TV, dan
kalkulator tidak lepas dari sains dan teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya
dapat menstimulasi anak dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan sains dan
teknologi. Untuk itu, seorang guru perlu mempelajari konsep-konsep keilmuan dan
cara pengajarannya.
Sains juga
melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda
dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan
mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin
memahami apa yang dipelajari. Anak memperoleh pengetahuan baru hasil
penginderaanya dengan berbagai benda yang ada disekitarnya. Pengetahuan yang
diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir lanjut. Melalui proses sains,
anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak
menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak
berpikir logis.
Dalam
pembelajaran sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan
pengukuran. Alat ukur tersebut dimulai dari alat ukur nonstandar, seperti
jengkal, depa atau kaki. Selanjutnya anak berlatih menggunakan alat ukur
standar. Anak secara bertahap berlatih menggunakan stuan yang akan memudahkan
mereka untuk berfikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains juga
mengembangkan kemampuan intelektual anak.
Jadi, sains merupakan ilmu yang
mempelajari alam. Yang berkaitan dengan lingkungan dan diri sendiri. Saintis
adalah orang yang mendalami sains dan hidup edngan metode dan sikap seorang
saintis. Jadi, dalam lingkungan anak usia dini, sebagai fasilitator, tugas kita
terutama ditujukan untuk mendorong agar anak dapat mempelajari sains secara
benar, mengingat semua yang telah dan sedang dipelajarinya dengan baik.
B.
Saran
Dengan membaca makalah ini, semoga
pembaca dapat memahai apa itu sains, saintis dan kaitan kita sebagai pendidik,
dengan anak dan sains.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha,
Ali.(2008). Pengembangan Pembelajaran
Sains Pada Anak Usia Dini. Bandung.
Taufik, Drs,
M,Pd, Kons.2010. Psikologi perkembangan
1.Fip (UNP).Padang.
Sunanto
Slamet,Drs,M,Ed.2005. Konsep dasar
pendidikan anak usia dini. Jakarta