Minggu, 31 Mei 2015

Sejarah Masjid Agung Demak - zona IAILM

KARYA ILMIAH

SEJARAH MESJID AGUNG DEMAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia



 












Disusun Oleh :
Sri Nurhasanah
IX C











SMP ISLAMIYAH KIARAKUDA
Jl. Pst. Srahtarjuningrahyu Kiarakuda Ciawi Tasikmalaya
Tahun Pelajaran
2013 / 2014


KATA PENGANTAR
      Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Sederhana yang berjudul ”Mesjid Agung Demak” dengan baik.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah sederhana ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan karya ilmiah sederhana yang akan datang.
Tasikmalaya , Februari 2014
Penyusun,













BAB I
PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang
            Sikap patriotisme yang mencerminkan rasa memiliki serta mencintai terhadap bangsa yang memiliki rangkaian sejarah yang heroik menuntut generasi muda selaku penerus cita- cita perjuangan bangsa untuk ikut serta menelaah dan ikut mengisi pembangunan di negara yang tercinta ini melalui berbagai pola hidup dan pola pikir yang berguna dan bermanfaat.
            Kita mesti bercermin kepada sejarah untuk melangkah dalam upaya melestarikan dan menumbuhkan sikap dan ciri khas bangsa yang berjiwa besar. Salah satu sisi dari sejarah bangsa Indonesia adalah masuknya Islam ke tanah Jawa dan menyebar luaskan Islam diwilayah tersebut.
            Semua itu tidak dapat dilepaskan dari peran para mubaligh, yang kemudian dikenal dengan sebutan Wali Songo. Sebagai masyarakat muslim yang mengakui upaya- upaya perjuangan para ulama terdahulu dalam mengislamisasi dan membentuk pemerintahan Islam, sudah sewajarnya jika menelaah berbagai hal yang berhubungan dengan sejarah masuknya ke pulau Jawa.
            Upaya tersebut merupakan bagian integral dengan kegiatan belajar yang sedan ditempuh di MA bahkan hal ini merupakan bentuk nyata dari upaya serius untuk mengenal dengan lebih jelas karakteristik dan pola- pola dakwah yang telah dilakukan oleh mereka.
            Sebagaimana diketahui bahwa didalam penyiaran dan penyebaran agama Islam di tanah Jawa, yang menjadi wilayah syiar dan dakwah para Wali Sembilan yan disebut dengan Wali songo, hanya Demak dan Kudus yang menjadi tempat penyiarannya.
            Dalam mempelajari sejarah kedatangan Islam di pulau Jawa, serta awal mula perkembangannya nampaknya akan terlalu luas apabila kita merinci satu persatu, yang pada akhirnya justru akan mengaburkan fokus konsentrasi permasalahan.
            Atas pertimbangan inilah yang kemudian mendorong kami untuk memberikan laporan kunjungan ke salah satu objek wisata religius yaitu Mesjid Agung Demak, sebagai salah satu warisan budaya peninggalan Wali songo yang masih berdiri tegak sampai sekarang.
1.2           Perumusan Masalah
Secara terperinci permasalahan yang terkandung dalam tulisan ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah sejarah berdirinya Mesjid Agung Demak?
2.      Apakah fungsi dari Mesjid Agung Demak dari berbagai sudut pandang?

1.3           Tujuan Penulisan
            Tujuan dari penulisan karya ilmiah tentang Mesjid Agung Demak ini adalah :
1.      Tujuan Umum
Sebagai salah satu upaya untuk mentransfer pengalaman serta pengetahuan kami dalam bentuk tulisan yang pada akhirnya dapat memunculkan rasa cinta terhadap agama, bangsa, dan tanah air tercinta melalui tulisan yang kami buat.
2.      Tujuan Khusus
Secara khusus tulisan ini kami buat sebagai bahan laporan wajib serta mudah- mudahan dapat bermanfaat sebagai panduan karyawisata dan ziarah religius ke lokasi Mesjid Agung Demak.

1.4           Manfaat Penelitian/ Penulisan
1.    Bisa mengetahui perjuangan para ulama terdahulu.
2.    Menambah wawasan tentang peninggalan- peninggalan sejarah.
3.    Mendapatkan data dan informasi.
4.    Dapat mewujudkan pemanfaatan dan pelestarian Mesjid Agung Demak.

1.5       Metode dan Sumber Penelitian
Dalam menulis karya ilmiah ini, penulis menggunakan dua metode yaitu :
1.    Metode Perpustakaaan
Metode ini dilakukan dengan cara membaca literature dari berbagai sumber yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas dalam hal ini adalah buku- buku yang berkaitan dengan Mesjid Agung Demak.
2.    Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengunjungi langsung ke lokasi yang diteliti dan kemudian melakukan berbagai kegiatan yan bertujuan untuk mengumpulkan berbagai data secara nyata dari lokasi yang akan dibahas yaitu Mesjid Agung Demak yang kami lakukan pada hari Minggu tanggal 12 April 2009.





























BAB II
ISI LAPORAN

2.1       Kegiatan Ziarah dan Karyawisata
            Acara Ziarah dan Karyawisata merupakan acara yang sudah menjadi agenda tahunan di MAN Kiarakuda Ciawi yang dikhususkan untuk kelas XI saja.
          Karyawisata kali ini dilaksanakan pada tanggal 11-14 April 2009. Sebelum keberangkatan, seluruh siswa berkumpul disekolah pada pukul 17.00 WIB. Seluruh siswa mendapat pengarahan dari Guru pembimbing. Perjalanan dimulai pada pukul 18.30 WIB. Jalur yang digunakan adalah jalur Selatan.
          Daerah yang pertama kali dikunjungi adalah Demak. Tiba pukul 06.30 WIB. Disanalah kita melakukan penelitian, namun sebelum tiba di Demak kami singgah dulu di Semarang untuk melaksanakan shalat Shubuh, Kemudian kami menuju Demak.
          Setelah melakukan penelitian di Demak, kami melanjutkan perjalanan ke Kudus. Perjalanan kami lanjutkan menuju Candi Borobudur. Lalu ke Monjali (Monumen Yogya Kembali) kemudian menuju penginapan, penginapan yang kami gunakan adalah Hotel Galuh, Prambanan.
          Pada malam harinya, kami menunjungi pasar Bringharjo di daerah Malioboro. Setelah selesai belanja, kami menuju penginapan kembali.
          Keesokan harinya, tempat yang pertama kali kami kunjungi adalah pusat oleh- oleh khas Jawa yaitu bakpia pathok djava. Lalu tempat yang kami kunjungi setelah pusat oleh- oleh adalah UGM (Universitas Gajah Mada). Disana kami dapat pengarahan dari salah satu Dosen UGM yaitu Bapak Syahrizal dari fakultas ekonomi-sosial. Selanjutnya kami menuju Kraton Surakarta, dilanjutkan menuju Museum Dirgantara. Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Pantai Parangtritis dan singgah pada pukul 22.30 WIB di restoran Sari Bahari, Gombong.  Lalu kami siap- siap untuk kembali ke Ciawi setelah shalat Maghrib pada pukul 18.30 WIB. Akhirnya kami sampai di Ciawi dan pulang ke rumah masing- masing.

2.2     Lokasi dan Deskripsi Mesjid Agung Demak

            Mesjid Agung Demak yang terletak ditengah- tengah kota Demak. Khususnya kaum muslimin dikenal dengan nama “Mesjid Wali”, karena mesjid tersebut didirikan oleh para Wali yang lebih dikenal dengan sebutan “Wali songo” atau Wali Sembilan.

2.2.1.      Bagian Luar Mesjid
Kenyataan sekarang setelah menalami beberapa renovasi, menunjukan bahwa Mesjid Agun Demak yang terlihat anggun dan antik yang bercorak campuran antara corak kuno dan modern.
Di depan mesjid, terdapat alun- alun yang indah dan luas. Alun- alun tersebut dikelilingi lapadz asma ul husna yang berjumlah 99 buah.
Mesjid Agung Demak memiliki halaman yang cukup luas (±31 X 15) meter. Disebelah kiri masjid terdapat menara yang tingginya mencapai 20 meter. Dahulu menara itu difungsikan untuk mengumandangkan adzan, tetapi sekarang sudah berubah seiring dengan perkembangan teknologi. Atap Mesjid Agung Demak mempunyai tiga tahapan yang melambangkan tingkat keimanan orang- orang Islam.
Apabila dilihat dari depan Mesjid Demak terlihat indah dengan dihiasi pepohonan yang cukup tinggi yang tumbuh di depan mesjid.
Sebelah Utara Mesjid Agung Demak terdapat Museum kecil tempat penyimpanan benda- benda bersejarah peninggalan kerajaan Demak dan Majapahit. Disebelah Barat terdapat komplek pemakaman keluarga- keluarga raja, Khususnya Raden Fatah. Disana terdapat makam- makam dari yang pendek sampai yang panjang.

2.2.2.      Bagian Dalam Mesjid
Sebelum memesuki mesjid, terdapat pintu tengah yang bermotif dua naga besar. Pintu itulah yang dinamakan Pintu Bledeg atau Pintu Petir. Konon pintu tersebut dibuat oleh Ki Ageng Selo. Pintu yang dipasang adalah duplikat dari pintu yang asli, sedangkan Pintu Bledeg yang asli disimpan di Museum.
Mesjid mempunyai enam buah jendela yang melambangkan rukun iman yang keenam. Dindingnya dihiasi piring- piring yang bermotif Tiongkok. Oleh cerita rakyat dikatakan bahwa piring tersebut merupakan sumbangan dari Putri Campa yang berjumlah 65 buah dan ditempelkan diserambi mesjid dan disekitar mihrob.

2.3   Fungsi Mesjid Demak
Pada zaman dahulu, Demak merupakan pusat dakwah para Wali yang ketika itu menyebarkan agama Islam di Jawa dan Demak sebagai pusat kegiatan politik. Dan sarana yang pertama dibuat adalah mesjid, karena mesjid dalam pandangan Islam adalah merupakan pusat kegiatan dalam kegiatan asfek kehidupan.
Selain tempat dakwah dan politik, fungsi yang paling utama adalah tempat ibadah. Sekarang Mesjid Demak juga berfungsi sebagai objek ziarah. Banyak para peziarah yang datang ke Mesjid Agung Demak dari penduduk setempat maupun diluar kota.

2.4       Benda- Benda Pusaka Peninggalan Sejarah di Mesjid Agung Demak
2.3.1.      Soko Tatal
“Soko Tatal” ialah tiang besar yang dibuat dari potonan kayu jati yang bentuknya agak kecil- kecil panjang dan luas diameternya tidak sama antara satu dengan yan lain, lalu ditata rapi sehingga panjangnya sampai ± 19 meter dengan dibalut papan jati melingkar kemudian diikat. Inilah salah satu dari empat Soko Guru (tiang pokok) yang ada dalam bangunan utama Mesjid Agung Demak. Menurut catatan Dr. Hj. Graff dalam Drs. H. Imron : 35, dan juga cerita rakyat Demak yang sampai sekarang masih terus hidup menuturkan bahwa pembuat Soko Tatal tersebut ialah Sunan Kalijaga, sedangkan letaknya berada disebelah Timur Laut.
Apabila diamati secara langsung dari atas, maka Soko Tatal jelas kelihatan terdiri dari potongan- potongan kayu, yang bisa saja tadinya tidak terpakai, sebab menurut kenyataan ketiga Soko (penyangga) yang lainnya setinggi kira- kira 20 meter terdiri dari kayu jati lurus tanpa sambungan. Anehnya dengan satu Soko Tatal dan tiga Soko yang lainnya (terdiri dari kayu utuh) dapat menyangga atap bangunan yang lebar dan terdiri pula dari kayu- kayu jati besar sepanjang 31 meter.
Setelah Mesjid Agung Demak mengalami restorasi terutama yan dilaksanakan pada tahun 1987, maka keempat Soko (tiang pokok) mesjid tersebut kelihatan bagus dan anggun, dan menurut sesepu Demak, pemugaran ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian seluruh bagian- bagian bangunan mesjid yang penuh dengan nilai sejarah dan budaya bangsa yang sangat tinggi. Oleh karena itulah maka pihak pemerintah dalam melakukan proses restorasi tidak merubah dan tidak pula menambah bentuk bangunan dan corak arsitekturnya sehingga masih terjaga keasliannya.



BAB III
PENUTUP

1.1.    Kesimpulan
            Sejarah berdirinya Mesjid Agung Demak sanat memungkinkan berkaitan erat dengan sejarah berdiri kerajaannya, sebab sudah menjadi tradisi bagi umat Islam semenjak zaman Nabi Muhammad SAW bahwa berdirinya Negara Islam adalah didahului oleh didirikannya Mesjid.
            Demak merupakan pusat dari kegiatan para Wali yang ketika itu menyiarkan dan menyebarkan agama Islam di Jawa, terutama Demak merupakan pusat dari kegiatan atau lapangan politik. Sarana yang pertama dibuat adalah mesjid, karena mesjid dalam pandangan Islam merupakan pusat kegiatan dalam segala aspek kehidupan.
            Berdirinya Mesjid Agung Demak itu sendiri memiliki beberapa aspek yang dapat kita tinjau dari berbagai sudut pandang baik dari sudut budaya, religious, maupun segi historis yang semuanya mempunyai arti yang cukup penting dalam perkembangan syiar Islam di pulau Jawa.

1.2.    Saran- Saran
1.2.1.      Pentingnya pelestarian Mesjid Agung Demak, umumnya mesjid- mesjid tua lainnya yang mengandung nilai historis karena hal tersebut dapat dijadikan suatu bukti sejarah yang menunjukan pada generasi berikutnya tentang betapa pentingnya sebuah perjuangan dan menghargai hasil perjuangan yan telah ditempuh oleh para ulama- ulama zaman dahulu dalam menyebarkan syiar Islam di masa lampau.
1.2.2.      Majlis ulama harus lebih jeli lagi dalam menindak lanjuti berbagai kegiatan ritual yang berlebihan di lingkungan komplek Mesjid Agung Demak. Banyaknya pemahaman- pemahaman keliru yang bisa menjerumuskan warga masyarakat dan peziarah ke dalam jurang kemusyrikan.
1.2.3.      Pentingnya penataan ulang sarana dan prasarana tempat penyimpanan benda- benda pusaka peninggalan leluhur di komplek Mesjid Agung Demak. Hal ini ditujukan agar benda- benda tersebut dapat terhindar dari kemungkinan rusak, hilang atau yang lebih penting untuk menghindarkan pemahaman- pemahaman yang keliru tentang benda- benda pusaka tersebut.
1.2.4.      Untuk mendapatkan informasi, kami tidak mendapatkan pengarahan langsung dari pihak pengelola jadi data yang kami peroleh kurang maksimal. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya pihak pengelola yang mendampingi kami selama penelitian.
1.2.5.      Kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak sekolah yang telah menyelenggarakan kegiatan study tour ini namun kami mengharapkan agar para pembimbing benar- benar membimbing dan mengarahkan kami selama berada di objek yang kami teliti.






DAFTAR PUSTAKA


Amar, Imron Abu. 1996. Sejarah Ringkas Kerajaan Demak. Kudus: Menara Kudus.
Salam, Solichin. 1960. Sekitar Wali Sanga. Kudus: Menara Kudus.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar