KARYA ILMIAH
SEJARAH MESJID
AGUNG DEMAK
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas
Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia
Disusun
Oleh :
Sri Nurhasanah
IX C
SMP
ISLAMIYAH KIARAKUDA
Jl.
Pst. Srahtarjuningrahyu Kiarakuda Ciawi Tasikmalaya
Tahun
Pelajaran
2013 /
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Sederhana yang berjudul ”Mesjid Agung
Demak” dengan baik.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan karya
ilmiah sederhana ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan karya
ilmiah sederhana yang akan datang.
Tasikmalaya , Februari 2014
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sikap
patriotisme yang mencerminkan rasa memiliki serta mencintai terhadap bangsa
yang memiliki rangkaian sejarah yang heroik menuntut generasi muda selaku
penerus cita- cita perjuangan bangsa untuk ikut serta menelaah dan ikut mengisi
pembangunan di negara yang tercinta ini melalui berbagai pola hidup dan pola
pikir yang berguna dan bermanfaat.
Kita
mesti bercermin kepada sejarah untuk melangkah dalam upaya melestarikan dan
menumbuhkan sikap dan ciri khas bangsa yang berjiwa besar. Salah satu sisi dari
sejarah bangsa Indonesia adalah masuknya Islam ke tanah Jawa dan menyebar
luaskan Islam diwilayah tersebut.
Semua
itu tidak dapat dilepaskan dari peran para mubaligh, yang kemudian dikenal
dengan sebutan Wali Songo. Sebagai masyarakat muslim yang mengakui upaya- upaya
perjuangan para ulama terdahulu dalam mengislamisasi dan membentuk pemerintahan
Islam, sudah sewajarnya jika menelaah berbagai hal yang berhubungan dengan
sejarah masuknya ke pulau Jawa.
Upaya
tersebut merupakan bagian integral dengan kegiatan belajar yang sedan ditempuh
di MA bahkan hal ini merupakan bentuk nyata dari upaya serius untuk mengenal
dengan lebih jelas karakteristik dan pola- pola dakwah yang telah dilakukan
oleh mereka.
Sebagaimana
diketahui bahwa didalam penyiaran dan penyebaran agama Islam di tanah Jawa,
yang menjadi wilayah syiar dan dakwah para Wali Sembilan yan disebut dengan
Wali songo, hanya Demak dan Kudus yang menjadi tempat penyiarannya.
Dalam
mempelajari sejarah kedatangan Islam di pulau Jawa, serta awal mula
perkembangannya nampaknya akan terlalu luas apabila kita merinci satu persatu,
yang pada akhirnya justru akan mengaburkan fokus konsentrasi permasalahan.
Atas
pertimbangan inilah yang kemudian mendorong kami untuk memberikan laporan
kunjungan ke salah satu objek wisata religius yaitu Mesjid Agung Demak, sebagai
salah satu warisan budaya peninggalan Wali songo yang masih berdiri tegak
sampai sekarang.
1.2
Perumusan Masalah
Secara terperinci
permasalahan yang terkandung dalam tulisan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya
Mesjid Agung Demak?
2. Apakah fungsi dari Mesjid Agung
Demak dari berbagai sudut pandang?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan karya ilmiah tentang Mesjid Agung Demak ini adalah :
1. Tujuan Umum
Sebagai salah satu upaya untuk mentransfer pengalaman
serta pengetahuan kami dalam bentuk tulisan yang pada akhirnya dapat
memunculkan rasa cinta terhadap agama, bangsa, dan tanah air tercinta melalui
tulisan yang kami buat.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tulisan ini kami buat sebagai bahan
laporan wajib serta mudah- mudahan dapat bermanfaat sebagai panduan karyawisata
dan ziarah religius ke lokasi Mesjid Agung Demak.
1.4
Manfaat Penelitian/ Penulisan
1. Bisa mengetahui perjuangan para
ulama terdahulu.
2. Menambah wawasan tentang
peninggalan- peninggalan sejarah.
3. Mendapatkan data dan informasi.
4. Dapat mewujudkan pemanfaatan dan
pelestarian Mesjid Agung Demak.
1.5 Metode dan Sumber Penelitian
Dalam menulis karya
ilmiah ini, penulis menggunakan dua metode yaitu :
1. Metode Perpustakaaan
Metode ini
dilakukan dengan cara membaca literature dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan masalah yang sedang dibahas dalam hal ini adalah buku- buku yang
berkaitan dengan Mesjid Agung Demak.
2. Metode Observasi
Metode ini
dilakukan dengan cara mengunjungi langsung ke lokasi yang diteliti dan kemudian
melakukan berbagai kegiatan yan bertujuan untuk mengumpulkan berbagai data
secara nyata dari lokasi yang akan dibahas yaitu Mesjid Agung Demak yang kami
lakukan pada hari Minggu tanggal 12 April 2009.
BAB II
ISI
LAPORAN
2.1 Kegiatan Ziarah dan
Karyawisata
Acara
Ziarah dan Karyawisata merupakan acara yang sudah menjadi agenda tahunan di MAN
Kiarakuda Ciawi yang dikhususkan untuk kelas XI saja.
Karyawisata
kali ini dilaksanakan pada tanggal 11-14 April 2009. Sebelum keberangkatan,
seluruh siswa berkumpul disekolah pada pukul 17.00 WIB. Seluruh siswa mendapat
pengarahan dari Guru pembimbing. Perjalanan dimulai pada pukul 18.30 WIB. Jalur
yang digunakan adalah jalur Selatan.
Daerah
yang pertama kali dikunjungi adalah Demak. Tiba pukul 06.30 WIB. Disanalah kita
melakukan penelitian, namun sebelum tiba di Demak kami singgah dulu di Semarang
untuk melaksanakan shalat Shubuh, Kemudian kami menuju Demak.
Setelah
melakukan penelitian di Demak, kami melanjutkan perjalanan ke Kudus. Perjalanan
kami lanjutkan menuju Candi Borobudur. Lalu ke Monjali (Monumen Yogya Kembali)
kemudian menuju penginapan, penginapan yang kami gunakan adalah Hotel Galuh,
Prambanan.
Pada
malam harinya, kami menunjungi pasar Bringharjo di daerah Malioboro. Setelah
selesai belanja, kami menuju penginapan kembali.
Keesokan
harinya, tempat yang pertama kali kami kunjungi adalah pusat oleh- oleh khas
Jawa yaitu bakpia pathok djava. Lalu tempat yang kami kunjungi setelah pusat
oleh- oleh adalah UGM (Universitas Gajah Mada). Disana kami dapat pengarahan
dari salah satu Dosen UGM yaitu Bapak Syahrizal dari fakultas ekonomi-sosial.
Selanjutnya kami menuju Kraton Surakarta, dilanjutkan menuju Museum Dirgantara.
Tempat terakhir yang kami kunjungi adalah Pantai Parangtritis dan singgah pada
pukul 22.30 WIB di restoran Sari Bahari, Gombong. Lalu kami siap- siap untuk kembali ke Ciawi
setelah shalat Maghrib pada pukul 18.30 WIB. Akhirnya kami sampai di Ciawi dan
pulang ke rumah masing- masing.
2.2 Lokasi dan Deskripsi Mesjid Agung Demak
Mesjid
Agung Demak yang terletak ditengah- tengah kota Demak. Khususnya kaum muslimin
dikenal dengan nama “Mesjid Wali”, karena mesjid tersebut didirikan oleh para
Wali yang lebih dikenal dengan sebutan “Wali songo” atau Wali Sembilan.
2.2.1. Bagian Luar Mesjid
Kenyataan
sekarang setelah menalami beberapa renovasi, menunjukan bahwa Mesjid Agun Demak
yang terlihat anggun dan antik yang bercorak campuran antara corak kuno dan
modern.
Di
depan mesjid, terdapat alun- alun yang indah dan luas. Alun- alun tersebut
dikelilingi lapadz asma ul husna yang berjumlah 99 buah.
Mesjid
Agung Demak memiliki halaman yang cukup luas (±31 X 15) meter. Disebelah kiri
masjid terdapat menara yang tingginya mencapai 20 meter. Dahulu menara itu
difungsikan untuk mengumandangkan adzan, tetapi sekarang sudah berubah seiring
dengan perkembangan teknologi. Atap Mesjid Agung Demak mempunyai tiga tahapan
yang melambangkan tingkat keimanan orang- orang Islam.
Apabila
dilihat dari depan Mesjid Demak terlihat indah dengan dihiasi pepohonan yang
cukup tinggi yang tumbuh di depan mesjid.
Sebelah
Utara Mesjid Agung Demak terdapat Museum kecil tempat penyimpanan benda- benda
bersejarah peninggalan kerajaan Demak dan Majapahit. Disebelah Barat terdapat
komplek pemakaman keluarga- keluarga raja, Khususnya Raden Fatah. Disana
terdapat makam- makam dari yang pendek sampai yang panjang.
2.2.2. Bagian Dalam Mesjid
Sebelum
memesuki mesjid, terdapat pintu tengah yang bermotif dua naga besar. Pintu
itulah yang dinamakan Pintu Bledeg atau Pintu Petir. Konon pintu tersebut dibuat
oleh Ki Ageng Selo. Pintu yang dipasang adalah duplikat dari pintu yang asli,
sedangkan Pintu Bledeg yang asli disimpan di Museum.
Mesjid
mempunyai enam buah jendela yang melambangkan rukun iman yang keenam.
Dindingnya dihiasi piring- piring yang bermotif Tiongkok. Oleh cerita rakyat
dikatakan bahwa piring tersebut merupakan sumbangan dari Putri Campa yang
berjumlah 65 buah dan ditempelkan diserambi mesjid dan disekitar mihrob.
2.3 Fungsi Mesjid Demak
Pada zaman dahulu,
Demak merupakan pusat dakwah para Wali yang ketika itu menyebarkan agama Islam
di Jawa dan Demak sebagai pusat kegiatan politik. Dan sarana yang pertama
dibuat adalah mesjid, karena mesjid dalam pandangan Islam adalah merupakan
pusat kegiatan dalam kegiatan asfek kehidupan.
Selain tempat dakwah
dan politik, fungsi yang paling utama adalah tempat ibadah. Sekarang Mesjid
Demak juga berfungsi sebagai objek ziarah. Banyak para peziarah yang datang ke
Mesjid Agung Demak dari penduduk setempat maupun diluar kota.
2.4 Benda- Benda Pusaka Peninggalan
Sejarah di Mesjid Agung Demak
2.3.1. Soko Tatal
“Soko
Tatal” ialah tiang besar yang dibuat dari potonan kayu jati yang bentuknya agak
kecil- kecil panjang dan luas diameternya tidak sama antara satu dengan yan
lain, lalu ditata rapi sehingga panjangnya sampai ± 19 meter dengan dibalut
papan jati melingkar kemudian diikat. Inilah salah satu dari empat Soko Guru
(tiang pokok) yang ada dalam bangunan utama Mesjid Agung Demak. Menurut catatan
Dr. Hj. Graff dalam Drs. H. Imron : 35, dan juga cerita rakyat Demak yang
sampai sekarang masih terus hidup menuturkan bahwa pembuat Soko Tatal tersebut
ialah Sunan Kalijaga, sedangkan letaknya berada disebelah Timur Laut.
Apabila
diamati secara langsung dari atas, maka Soko Tatal jelas kelihatan terdiri dari
potongan- potongan kayu, yang bisa saja tadinya tidak terpakai, sebab menurut
kenyataan ketiga Soko (penyangga) yang lainnya setinggi kira- kira 20 meter
terdiri dari kayu jati lurus tanpa sambungan. Anehnya dengan satu Soko Tatal
dan tiga Soko yang lainnya (terdiri dari kayu utuh) dapat menyangga atap
bangunan yang lebar dan terdiri pula dari kayu- kayu jati besar sepanjang 31
meter.
Setelah
Mesjid Agung Demak mengalami restorasi terutama yan dilaksanakan pada tahun
1987, maka keempat Soko (tiang pokok) mesjid tersebut kelihatan bagus dan
anggun, dan menurut sesepu Demak, pemugaran ini dimaksudkan untuk menjaga
kelestarian seluruh bagian- bagian bangunan mesjid yang penuh dengan nilai
sejarah dan budaya bangsa yang sangat tinggi. Oleh karena itulah maka pihak pemerintah
dalam melakukan proses restorasi tidak merubah dan tidak pula menambah bentuk
bangunan dan corak arsitekturnya sehingga masih terjaga keasliannya.
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Sejarah
berdirinya Mesjid Agung Demak sanat memungkinkan berkaitan erat dengan sejarah
berdiri kerajaannya, sebab sudah menjadi tradisi bagi umat Islam semenjak zaman
Nabi Muhammad SAW bahwa berdirinya Negara Islam adalah didahului oleh
didirikannya Mesjid.
Demak
merupakan pusat dari kegiatan para Wali yang ketika itu menyiarkan dan
menyebarkan agama Islam di Jawa, terutama Demak merupakan pusat dari kegiatan
atau lapangan politik. Sarana yang pertama dibuat adalah mesjid, karena mesjid
dalam pandangan Islam merupakan pusat kegiatan dalam segala aspek kehidupan.
Berdirinya
Mesjid Agung Demak itu sendiri memiliki beberapa aspek yang dapat kita tinjau
dari berbagai sudut pandang baik dari sudut budaya, religious, maupun segi
historis yang semuanya mempunyai arti yang cukup penting dalam perkembangan
syiar Islam di pulau Jawa.
1.2. Saran- Saran
1.2.1. Pentingnya pelestarian Mesjid
Agung Demak, umumnya mesjid- mesjid tua lainnya yang mengandung nilai historis
karena hal tersebut dapat dijadikan suatu bukti sejarah yang menunjukan pada
generasi berikutnya tentang betapa pentingnya sebuah perjuangan dan menghargai
hasil perjuangan yan telah ditempuh oleh para ulama- ulama zaman dahulu dalam
menyebarkan syiar Islam di masa lampau.
1.2.2. Majlis ulama harus lebih jeli
lagi dalam menindak lanjuti berbagai kegiatan ritual yang berlebihan di lingkungan
komplek Mesjid Agung Demak. Banyaknya pemahaman- pemahaman keliru yang bisa
menjerumuskan warga masyarakat dan peziarah ke dalam jurang kemusyrikan.
1.2.3. Pentingnya penataan ulang sarana
dan prasarana tempat penyimpanan benda- benda pusaka peninggalan leluhur di
komplek Mesjid Agung Demak. Hal ini ditujukan agar benda- benda tersebut dapat
terhindar dari kemungkinan rusak, hilang atau yang lebih penting untuk
menghindarkan pemahaman- pemahaman yang keliru tentang benda- benda pusaka
tersebut.
1.2.4. Untuk mendapatkan informasi, kami
tidak mendapatkan pengarahan langsung dari pihak pengelola jadi data yang kami
peroleh kurang maksimal. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya pihak
pengelola yang mendampingi kami selama penelitian.
1.2.5. Kami ucapkan banyak terima kasih
kepada pihak sekolah yang telah menyelenggarakan kegiatan study tour ini namun
kami mengharapkan agar para pembimbing benar- benar membimbing dan mengarahkan
kami selama berada di objek yang kami teliti.
DAFTAR
PUSTAKA
Amar, Imron Abu.
1996. Sejarah Ringkas Kerajaan Demak. Kudus: Menara Kudus.
Salam, Solichin.
1960. Sekitar Wali Sanga. Kudus: Menara Kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar