TAREKAT DAN TASAWUF
A. Tarekat Dalam System
Ajaran Islam
Islam tanpa tarekat bukanlah islam kaffah sebagai yang diajarkan Rasulullah SAW.
Tarekat Qodariyyah wa
an Naqsabandiyah adalah salah satu aliran dari Tasawuf yang substansi
ajarannya merupakan gabungan dari 2 tarekat yaitu Qodariyah dan Naqsyabandiyah.
Arti dasar Tarekat adalah jalan yagn mesti dilalui
oleh seorang salik untuk menuju pintu – pintu Tuhan Tarekat tidak bisa
diamalkan sendirian.
Secara Etimologis TQN berasal dari dua istilah yakni
Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Kedua tarekat ini dipadukan oileh seorang
Maha Guru tasawuf yaitu Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Qodiriyah adalah nama
sebuah tarekat yang dinisbahkan kepada pendirinya yakni Sultan Al-Ailiya.
Syaijg Abdul Qodir Zaelani. Sementara naqsbandiayah adalah tarekat yang
dinisbahkan kepada pendirinya Syaikh baharudin An-naqsyabandiyah.
B. Tasawuf
Teori pertma menyatakan bahwa secara etimologis
tasawuf diambil dari kata “Suffah” yaitu sebuah tempat di mesjid Rasulullah
SAW. (mesjid Nabawi) yang dihuni oleh sekelompok sahabat yang zuhud yang
konsentrasi beribadah kepada Allah SWT sambil menimba ilmu dari Rasulullah SAW.
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah
secara mensucikan hati (Tasfiat al qolbi).
Buah Tasawuf adalah terdidiknya hati dan mengetahui
(ma’rifah) terhadap ilmu gaib secara ruhani, selamat didunia dan bahagia
akhirat. Dengan mendapat keridhoan Allah memperoleh kebahagiaan abadi hati
bersinar dan suci sehingga terbukalah kepada supi tersebut perkara – perkara yang
gaib dan dapat menyaksikan keadaan – keadaan yang menakjubkan.
Pencipta Ilmu tasauf adalah Allab tabora wata’ala. Dan
mewahyukannya kepada Rasulullah dan kepada Nabi sebelumnya. Pilar ilmu tasawuf
ada 5.
- Taqwalkah bertakwa kepada Allah baik sewaktu Sirr
maupun alaniah (terbuka)
- Mengikuti sunah baik kauli maupun fi’li serta mengaktualisasikannya
dalam penjagaan diri dan akhlaq yang baik
- Berpaling dari makhluk yang diwujudkan dalam sikap
sabar dan tawakal
- Ridho kepada ketentuan Allah yang diwujudkan dengan
sikap konaah dan menerima (Taqwid)
- Kembali kepada Allah baik dikala senang maupun
diwaktu susah.
Cara mendekatkan diri kepada Allah
v
Melaksanakan kewajiban
v
Meninggalkan yang salah
v
Melaksanakan yang sunat
v
Latihan spiritual
C. Dzikir
Berdzikir sebagai salah satu sarana untuk menempatkan
kesadaran qolbu diarahkan sedemikian rupa mengkonsentrasikan diri kepada asma
Allah dalam rangka mentapakuri memahami dan kemudian mendapatkan kesimpulan
posisi dirinya dihadapan Alloh.
Cinta mereflesikan dzikir dan dzikir mendinamisir
potensi piker, yang selanjutnya membuahkan jihad yaitu amal yang dikerjakan
dengan penuh kesungguhan untuk mengarahkan segala potensi dengan penuh
kesungguhan untuk mengrahkan segala potensi dengan penuh konsentrasi dalam
upayanya mewujudkan hidup sebelum datang “hidup” yang sebenarnya (the real
life) dan harga hidup ini tergantung kepada sikap sadar diri dalam melaksanakan
perintah Allah.
Jika hati kita terlepas dari yang namanya kesadaran
dan cinta kepada Allah maka syetan akan masuk dan kita akan berpaling dari
mengingat Alloh. Kita harus ingat bahwa ajaran setan itu menusuk hati sehingga
dengan cara yang licik, yang membudahkan kita berpaling dari Alloh.
Shalat yang biasa kita lakukan harus menumbuhkan
kesadaran (dzikir). Tetapi percuma saja jika shalat tidak dasari rasa tanggung
jawab moral dan kesadaran hanyalah sebuah gerakan baku dengan tidak menghasilkan apa – apa.
Dengan Shalat melatih kita untuk merasa takut tetapi juga memiliki banyak
harapan yang optimisme seperti yang tertuang dalam Al Qur’an surat Al Araf ayat 55.
Artinya :
Berdo’alah kepada Allah dengan rasa rendah hati dan rasa taut sesungguhnya
Allah tidak suka kepada mereka yang melanggar batas.
Allah memberintahkan kepada setiap muslim untuk
berdzikir dengan rasa rendah hati : Dzikir yang dimaksudkan benar – benar
adalah dalam bentuk ucapan suara qolbu hanya saja Al Qur’an memerintahkan dalam
hal ucapan ini jangan dijaharkan atau dikeraskan suaranya. Tetapi harus juga
berpedoman kepada sunah agar tidak terpersok kenikmatan yang menyesatkan.
Inilah kasih sayang Allah kepada hambanya yang selalu
ingin memberi lebih yang hidup dalam kesadaran dalam berdzikir itu. Dengan
berdzikir berarti pula mengangkat diri sendiri menjadi Ibadurahman, hamba yang
mengasihi dan dikasihi oleh yang maha rahman mereka yang telah menajdi
Ibadurrahman tersebut bahkan dibela dan dibimbing serta dipelihara sepenuhnya
oleh Allah itu sendiri limpahan cinta yang Allah, berikan, hanya diberikan
kepada mereka yang dengan ikhlas merefleksikan cintanya yang sangat mendalam
dalam wujud melaksanakan “kewajiban”.
Dizikir dan usaha merupakan satu integritas puncak
dari dizkir berada didalam mahabbah, dizikir yang membuka tirai cahaya sehingga
relung qolbunya benerang menyinari alam gelap. Didalam dadanya (Shadr) yang menyingkap kesadaran diri dihadapan
tuhannya. Hidupnya selalu merasa dibayangi dan diawasi Dia. Cinta menuntut
untuk melihat dunia nyata (realitas) karena realitas adalah samdra tubuh adalah
perahu dan jiwa raga adalah nahkodanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar