Sabtu, 30 Mei 2015

Tarekat dan Tasawuf-Zona IAILM

TAREKAT DAN TASAWUF

A.    Tarekat Dalam System Ajaran Islam
Islam tanpa tarekat bukanlah islam kaffah sebagai  yang diajarkan Rasulullah SAW.
Tarekat Qodariyyah wa  an Naqsabandiyah adalah salah satu aliran dari Tasawuf yang substansi ajarannya merupakan gabungan dari 2 tarekat yaitu Qodariyah dan Naqsyabandiyah.
Arti dasar Tarekat adalah jalan yagn mesti dilalui oleh seorang salik untuk menuju pintu – pintu Tuhan Tarekat tidak bisa diamalkan sendirian.
Secara Etimologis TQN berasal dari dua istilah yakni Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Kedua tarekat ini dipadukan oileh seorang Maha Guru tasawuf yaitu Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Qodiriyah adalah nama sebuah tarekat yang dinisbahkan kepada pendirinya yakni Sultan Al-Ailiya. Syaijg Abdul Qodir Zaelani. Sementara naqsbandiayah adalah tarekat yang dinisbahkan kepada pendirinya Syaikh baharudin An-naqsyabandiyah.

B.     Tasawuf
Teori pertma menyatakan bahwa secara etimologis tasawuf diambil dari kata “Suffah” yaitu sebuah tempat di mesjid Rasulullah SAW. (mesjid Nabawi) yang dihuni oleh sekelompok sahabat yang zuhud yang konsentrasi beribadah kepada Allah SWT sambil menimba ilmu dari Rasulullah SAW.
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah secara mensucikan hati (Tasfiat al qolbi).
Buah Tasawuf adalah terdidiknya hati dan mengetahui (ma’rifah) terhadap ilmu gaib secara ruhani, selamat didunia dan bahagia akhirat. Dengan mendapat keridhoan Allah memperoleh kebahagiaan abadi hati bersinar dan suci sehingga terbukalah kepada supi tersebut perkara – perkara yang gaib dan dapat menyaksikan keadaan – keadaan yang menakjubkan.
Pencipta Ilmu tasauf adalah Allab tabora wata’ala. Dan mewahyukannya kepada Rasulullah dan kepada Nabi sebelumnya. Pilar ilmu tasawuf ada 5.
  1. Taqwalkah bertakwa kepada Allah baik sewaktu Sirr maupun alaniah (terbuka)
  2. Mengikuti sunah baik kauli maupun fi’li serta mengaktualisasikannya dalam penjagaan diri dan akhlaq yang baik
  3. Berpaling dari makhluk yang diwujudkan dalam sikap sabar dan tawakal
  4. Ridho kepada ketentuan Allah yang diwujudkan dengan sikap konaah dan menerima (Taqwid)
  5. Kembali kepada Allah baik dikala senang maupun diwaktu susah.
Cara mendekatkan diri kepada Allah
v  Melaksanakan kewajiban
v  Meninggalkan yang salah
v  Melaksanakan yang sunat
v  Latihan spiritual

C.    Dzikir
Berdzikir sebagai salah satu sarana untuk menempatkan kesadaran qolbu diarahkan sedemikian rupa mengkonsentrasikan diri kepada asma Allah dalam rangka mentapakuri memahami dan kemudian mendapatkan kesimpulan posisi dirinya dihadapan Alloh.
Cinta mereflesikan dzikir dan dzikir mendinamisir potensi piker, yang selanjutnya membuahkan jihad yaitu amal yang dikerjakan dengan penuh kesungguhan untuk mengarahkan segala potensi dengan penuh kesungguhan untuk mengrahkan segala potensi dengan penuh konsentrasi dalam upayanya mewujudkan hidup sebelum datang “hidup” yang sebenarnya (the real life) dan harga hidup ini tergantung kepada sikap sadar diri dalam melaksanakan perintah Allah.
Jika hati kita terlepas dari yang namanya kesadaran dan cinta kepada Allah maka syetan akan masuk dan kita akan berpaling dari mengingat Alloh. Kita harus ingat bahwa ajaran setan itu menusuk hati sehingga dengan cara yang licik, yang membudahkan kita berpaling dari Alloh.
Shalat yang biasa kita lakukan harus menumbuhkan kesadaran (dzikir). Tetapi percuma saja jika shalat tidak dasari rasa tanggung jawab moral dan kesadaran hanyalah sebuah gerakan baku dengan tidak menghasilkan apa – apa. Dengan Shalat melatih kita untuk merasa takut tetapi juga memiliki banyak harapan yang optimisme seperti yang tertuang dalam Al Qur’an surat Al Araf ayat 55.



Artinya : Berdo’alah kepada Allah dengan rasa rendah hati dan rasa taut sesungguhnya Allah tidak suka kepada mereka yang melanggar batas.
Allah memberintahkan kepada setiap muslim untuk berdzikir dengan rasa rendah hati : Dzikir yang dimaksudkan benar – benar adalah dalam bentuk ucapan suara qolbu hanya saja Al Qur’an memerintahkan dalam hal ucapan ini jangan dijaharkan atau dikeraskan suaranya. Tetapi harus juga berpedoman kepada sunah agar tidak terpersok kenikmatan yang menyesatkan.
Inilah kasih sayang Allah kepada hambanya yang selalu ingin memberi lebih yang hidup dalam kesadaran dalam berdzikir itu. Dengan berdzikir berarti pula mengangkat diri sendiri menjadi Ibadurahman, hamba yang mengasihi dan dikasihi oleh yang maha rahman mereka yang telah menajdi Ibadurrahman tersebut bahkan dibela dan dibimbing serta dipelihara sepenuhnya oleh Allah itu sendiri limpahan cinta yang Allah, berikan, hanya diberikan kepada mereka yang dengan ikhlas merefleksikan cintanya yang sangat mendalam dalam wujud melaksanakan “kewajiban”.

Dizikir dan usaha merupakan satu integritas puncak dari dizkir berada didalam mahabbah, dizikir yang membuka tirai cahaya sehingga relung qolbunya benerang menyinari alam gelap. Didalam dadanya (Shadr)  yang menyingkap kesadaran diri dihadapan tuhannya. Hidupnya selalu merasa dibayangi dan diawasi Dia. Cinta menuntut untuk melihat dunia nyata (realitas) karena realitas adalah samdra tubuh adalah perahu dan jiwa raga adalah nahkodanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar